MAIN QUOTE$quote=Steve Jobs

MAIN QUOTE$quote=Steve Jobs

Breaking News

Puisi dan Mitos Krakatau Award

Oleh Budi P. Hatees
Pernah jadi Juri Krakatau Award

Puisi Mohammad Harya Romdhonny berjudul “Dikawinkan Kesumat”, nomine dalam lomba menulis puisi prosais yang ditajah Dewan Kesenian Lampung. Lomba ini dalam rangka melanjutkan tradisi Krakatau Award, dan semoga mampu meraih predikat terbaik.

Menyinggung sedikit soal Krakatau Award, tradisi yang digagas Dewan Kesenian Lampung ini punya andil besar untuk mempromosikan khazanah kultural Lampung ke berbagai penjuru Nusantara. Lewat tema puisi yang selalu mengandung dimensi lokal Lampung, para peserta lomba dari seluruh penjuru Nusantara mengirimkan ragam puisi yang berbicara tentang Lampung.

Tak sedikit dari puisi-puisi tersebut terjebak dengan tema. Para penyair menulis puisi sebagai kumpulan diksi bernuansa lokal (local diction), yang dihasratkan menjadi kode lokal (local code), tetapi terperangkap menjadi kode asing (aliens code) dalam puisi tersebut. Puisi dengan aliens code lebih menunjukkan pemikiran tentang budaya absen dalam proses kreatif penyair, sehingga teks-teks puisi tersebut tidak dapat dijadikan pisau bedah untuk masuk ke dalam subtansi sesungguhnya dari nilai-nilai budaya Lampung.

Para penyair dari berbagai Nusantara memahami lokalitas Lampung berdasarkan referensi yang minim tentang Lampung, karena memang tidak banyak pustaka yang membahas kebudayaan daerah yang satu ini--Lampung adalah kebudayaan yang sangat jarang dikaji para peneliti. Mereka lebih melihat Lampung dari sudut pandang penikmat pariwisata lewat brosur-brosur objek wisata yang bisa diakses di situs-situs internet.

Ternyata juga, para penyair yang merupakan warga dan tinggal di Lampung mengalami pengalaman yang sama. Puisi mereka tidak jauh berbeda, kering dengan subtansi nilai-nilai budaya Lampung. Penyebabnya, mereka memahami kebudayaan Lampung dari sumber-sumber informasi yang tidak terlalu valid, bukan dari pengalaman sebagai bagian dari kebudayaan Lampung itu sendiri. Puisi-puisi yang diikutsertakan, lebih menarik sebagai tag line promosi pariwisata. Teks-teksnya lebih mirip sebagai teks-teks iklan industri pariwisata dalam semangat romantisme yang begitu kuat.


2


Sebagai nomine Krakatau Award 2009, dimana posisi puisi “Dikawinkan Kesumat” karya Mohammad Harya Romdhonny ini?

Puisi ini mengandung epik tentang genekologi masyarakat beradat Lampung, mengenai sebuah “kerajaan” yang disebut Sekala Begha. Kata kerajaan saya beri tanda petik, karena kerajaan bisa dipahami sebagai sistem pemerintahan yang teratur. Jika ada sebuah sistem pemerintahan pasti ada tempat dimana sistem pemerintahan itu pernah berlangsung seperti sebuah tempat atau sebentang bekas pertapakan kerajaan. Jika ada sebuah tempat, pasti ada rentang waktu yang menunjukkan tarikh atau periode sistem pemerintahan itu pernah memberi peran besar dalam menata masyarakat.

Pertanyaan ini pun akan berkaitan pada masyarakat, pada sistem social, sistem budaya, sistem ekonomi, dan lain sebagainya, yang merupakan hasil penataan dari system pemerintahan.

Semua pertanyaan itu kait-berkait dengan epik dalam puisi “Dikawinkan Kesumat”.

Diceritakan penyair tentang Ratu Sekeghumong, pemimpin di “kerajaan” (baca: Keratuan) Sekala Begha, yang ditaklukkan oleh empat syekh dari Kerajaan Pagaruyung dalam sebuah pertarungan berdarah. Pertempuran itu dipicu oleh keinginan keempat syekh (empu) menyebarkan agama Islam, agama amar ma’ruf nahi munkar yang mengutamakan hablu minannas hablu minalloh di lingkungan Keratuan Sekala Begha yang masih menganut Hindu.

Karena Ratu Sekeghumong tewas, rakyatnya menolak masuk Islam dan memutuskan terjun ke jurang. Ada juga yang mengungsi ke Utara, menetap di sana, dan melahirkan generasi baru hasil perkawinan. Epik dalam puisi bercerita tentang cinta dari anak keturunan itu, yang merasa bahwa cinta mereka sudah digariskan sejak leluhurnya berdasarkan surat wasiat berbahasa Lampung.

Prof. Hilman Hadikusuma (1992) menggolong kisah pertempuran ini ke dalam mitos asal-usul suku bangsa Lampung.


3


Jika dilihat dari genekologi Islam di Pulau Sumatra, mitos ini muncul setelah Belanda menguasai daerah Krui sebagai bagian dari Keresidenan Bengkulu. Belanda berkuasa setelah Inggris menyerahkan kekuasaannya atas daerah-daerah jajahan kepada Belanda dengan perjanjian agar Belanda membuka perdagangan bebas seperti diatur dalam Konvensi London 1814.

Di zaman Inggris, di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles, seorang antropolog yang sudah teruji, sejarah masyarakat Lampung di kaki Gunung Pesagi mulai dibuka untuk dunia luar. Banyak kajian antropologi Raffles yang menceritakan tentang bagaimana Krui bisa menjelma sebagai sebuah Kota Pelabuhan yang ramai dan terbuka.

Masyarakat yang mampu menghidupkan pelabuhan adalah masyarakat yang memiliki kerangka rujukan dalam menghadapi realitas kehidupan. Semua laku kegiatan mereka dalam menatap kehidupannya, terekam dalam laku bahasa. Produk-produk bahasa merupakan refresentasi kegiatan manusia secara fisik-material, kondisi moral, mental, dan spiritual, mulai dari proses usaha akan penertiban diri sebagai pribadi dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat, sehingga membudaya dalam totalitas kehidupan. Budaya masyarakat merupakan pengertian, pendapat (paham), rancangan (cita-cita) yang telah ada dalam pikiran manusia tentang budaya.

Kebudayaan masyarakat terbentuk karena mereka sebagai komunitas menghadapi persoalan yang membutuhkan penyelesaian, terutama dalam mempertahankan dan megatasi masalah ekonomi, sosial, politik dan budaya yang sesuai dengan kepentingan pribadi dan komunitas kelompoknya. Sebab itu, mereka membutuhkan organisasi guna membangun konsensus tentang beberapa nilai dan norma yang membudaya sehingga menjadi tradisi. Jika hal itu diperoleh, manusia tetap dapat hidup dan bertahan di dalam kelompoknya.

Soal laut bagi sebuah daerah, Alfred Thayer Mahan, seorang ahli yang membahas pengaruh laut terhadap sejarah, memperkenalkan teori Mahan. Dalam teori itu disebutkan bahwa apabila keadaan pantai suatu negeri memungkinkan orang untuk turun ke laut, maka penduduk di negeri itu akan bergairah mencari hubungan ke luar untuk berdagang. Kecenderungan ini selanjutnya memunculkan kebutuhan untuk memproduksi komoditas.

Krui sebagai Kota Pelabuhan merupakan tempat lansir komoditas seperti damar, kayu meranti, lada, dan hasil-hasil hutan lainnya. Komoditas-komoditas itu diminati pedagang dari Arab, China, dan India.

Kawasan pesisir Barat Sumatra, mulai dari Aceh sampai Lampung berubah menjadi kawasan perdagangan yang terbukan setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511. Kejatuhan Malaka mengubah peta perdagangan di Nusantara. Para pedagang dari India, China, dan Arab, yang selama ini berhubungan dengan Malaka, mulai melirik daerah-daerah lain termasuk Krui.

Para pedagang Arab, India, China membawa Islam. Agama ini masuk dan menjadi agama masyarakat Krui, serta masyarakat lain yang menyanggah Krui, termasuk warga di Keratuan Sekala Begha. Dengan semangat hablu minannas hablu minalloh, Islam adalah agama amar ma’ruf nahi munkar, yang membawa pencerahan. Di Indonesia, Islam tidak masuk lewat pemaksaan dan peperangan. Islam berperang bukan dengan penduduk asli, tetapi dengan Belanda karena Belanda masuk bersamaan dengan semangat penyebaran agama Kristen.

Penjajahan Belanda di Indoensia banyak mengandalkan VOC (Vereenigde Oost Indische) sebagai sumber pendanaan. Tapi, setelah VOC bangkrut pada 1799, keuangan Belanda banyak dibantu kongsi zending beberapa negara Eropa dengan syarat menjajah sambil menyebarkan agama Kristen.

Di Krui dan sekitarnya, Belanda juga menyebarkan agama Kristen tetapi ditentang masyarakat marga yang sudah menganut Islam. Untuk melemahkan persatuan masyarakat marga, Belanda melontarkan mitos tentang kekezaman Islam yang membantai Ratu Sekeghumong. Kekezaman Islam menjadi stigma agar masyarakat marga meninggalkan Islam, tetapi kita tahu bahwa Lampung akhirnya identik dengan Islam.


4


Mitos kekejaman Islam yang diumbar Belanda di Pulau Sumatra selalu mengaitkan dengan Islam wahabi yang dianut pejuang-pejuang Padri di Sumatra Barat. Tapi, di lingkungan masyarakat adat Sekala Begha, padri tidak dikenal. Yang dikenal justru Pagaruyun, sebuah kerajaan Islam di Sumatra Barat, yang dibumihanguskan oleh pasukan padri karena tidak sealiran agama.

Mitos kekezaman Islam ini hasil konstruksi Belanda hingga kini sangat dipercaya para ahli waris masyarakat adat Keratuan Sekala Begha.

Dalam pemikiran mitos, segala sesuatu harus dikembalikan kepada kondisi asali, ke masa lalu yang jauh dan mandiri, terisolasi dari yang kini dan oleh karenanya bersifat murni. Masa kini hanya derivasi dari kondisi asali, tak punya penjelasan sendiri. Berpikir mitis adalah berpikir yang menetapkan adanya kepastian-kepastian tak terbantahkan, suci, dan murni. Kebenaran dalam mitos diklaim bersifat genetik, inheren dalam proposisi-proposisi yang dikandungnya. Kebenaran yang selesai dan tuntas.

Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. Fungsi utama mitos adalah menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib, tetapi mitos tidak memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan itu melainkan membantu manusia agar bisa menghayati daya-daya itu sebagai kekuatan-kekuatan yang dapat memengaruhi alam dan kehidupan komunitasnya—lihat David Kaplan & Manners Albert A. dalam The Theory of Culture (2000).

Ratu Sekeghumong adalah pemimpin di Keratuan Sekala Begha. Seperti halnya para ratu dalam tradisi pemerintahan adat di Lampung, sebut Keratuan Pugung yang masih menganut Hindu dan bukti tempat pemerintahannya di situs Pugung Raharjo, sebagian besar hancur karena pengaruh penjajahan Belanda yang mengurangi peran mereka sebagai pemuka masyarakat. Pada tahun 1889, Gubernur Jenderal Belanda mengeluarkan Beslit Rahasia Gubernur Jenderal No. 1 pada 3 Juni 1889 yang isinya melarang penganut Islam menjadi pejabat di birokrasi bentukan Belanda.

Kuatnya pengaruh birokrasi Belanda membuat posisi para tokoh marga yang merupakan saibatin, perlahan-lahan kehilangan masyarakat adatnya. Pada akhirnya, para saibatin dimiskinkan oleh peraturan-peraturan Belanda, yang kemudian memutuskan mengungsi ke berbagai pelosok dimana pengaruh Belanda tidak ada.

Masyarakat marga di Lampung merupakan sebuah komunitas masyarakat. Komunitas ini diikat oleh tradisi yang sama, pemahaman yang serupa, dan pengetahuan atas hal-hal yang disepakati sebagai konvensi. Itulah sistem budaya yang kemudian mengatur semua penganutnya hingga terbentuk sebuah tatanan yang diarahkan untuk mengakomodasi kepentingan semua anggota komunitas.

Di dalam ilmu sosial-budaya apabila mengkaji fenomena sosial dengan perspektif fungsi, pastilah akan berpijak pada paradigma pendekatan fungsionalisme. Sebagai perspektif teoritik dalam antropologi, fungsionalisme bertumpu pada analogi dengan organisme/makhluk hidup. Artinya, semua sistem budaya yang ada pada sebuah komunitas masyarakat memiliki syarat-syarat fungsional, atau sistem budaya memiliki kebutuhan sosial yang harus dipenuhi agar sistem sosial-budaya dapat bertahan hidup. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka sistem sosial-budaya itu akan mengalami disintegrasi dan mati.

Ratu Sekeghumong mati secara budaya. pBirokrasi Belanda membuat Keratuan Sekala Begha tidak dibutuhkan rakyatnya.


5

Kembali ke puisi yang menjadi nomine Krakatau Award 2009, “Dikawinkan Kesumat” karya Mohammad Harya Romdhonny. Kembali ke tradisi sastra Krakatau Award yang disinggung di awal tulisan ini. Lantas, dimanakah posisi puisi “Dikawinkan Kesumat”?

“Dikawinkan Kesumat” satu dari 114 puisi yang masuk ke panitia. Dewan Juri akhirnya menobatkan puisi-prosaik berjudul “Tanjungkarang” karya Agit Yogi Subandi (Lampung) sebagai juara II, kemudian “Perempuan yang Dihamili oleh Angin” karya Benny Arnas (Lubuklinggau) sebagai juara III, dan “Sajak Seorang Pejoang yang Dikhianati Senapannya” karya Febrie Hastiyanto (Jawa Tengah) sebagai juara IV. Ketiga pemenang akan menerima hadiah uang tunai masing-masing sebesar 1,5 juta, 1 juta, dan 500 ribu rupiah.

Selain itu Dewan Juri juga menetapkan 6 nominasi non-ranking sebagai berikut: “Penyair Cantik yang Datang ke Lampung pada Tepian Sore” (Endri Y, Lampung), “Pulang ke Rumah Lokan” (Endang Supriadi, Jakarta), “Tentang Seorang Istri dan Suaminya” (Moch. May Rhamdan, Bandung), “Manusia Api” (Oky Sanjaya, Lampung), “Melintasi Krakatau” (Wayan Sunarta, Bali), dan “Dikawinkan Kesumat” (M. Harya Ramdhoni, Lampung).

Puisi-puisi yang masuk mesti dilihat sebagai teks sastra atau fenomena teks puisi. Tentu, ini menjadi tugas para kritikus—posisi ini sedang dipegang oleh para juri Lomba Puisi prosais Krakatau Award 2009. Bagaimana juri menafsirkan puisi? Alasan apa yang dipergunakan untuk memasukkan puisi “Dikawinkan Kesumat” sebagai nomine?
Masyarakat puisi perlu mendapat penjelasan soal ini.

Sebab, mustahil seseorang ditunjuk sebagai juri jika pemahamananya tentang Lampung dan kebudayaan Lampung hanya berdasarkan brosur-brosur pariwisata, atau hanya menitikberatkan pada kapasitas juri di dunia kesusastraan. Padahal Krakatau Award sejak mula diniatkan untuk mempromosikan kebudayaan Lampung lewat puisi, tidak sekedar urusan promosi pariwisata.

4 comments:

  1. salam blogger bung.

    setelah membaca posting ini saya justru bingung. ketika bung menanyakan posisi 'dikawinkan kesumat' dalam krakatau award, yang dimaksud 'seharusnya' 'dikawinkan kesumat' menjadi juara, atau justru sebaliknya, 'seharusnya' dikawinkan kesumat' tak seharusnya menjadi nomine?

    saya kesulitan menafsir penggalan paragraf ini:
    Bagaimana juri menafsirkan puisi? Alasan apa yang dipergunakan untuk memasukkan puisi “Dikawinkan Kesumat” sebagai nomine?
    Masyarakat puisi perlu mendapat penjelasan soal ini.

    salam blogger,
    masmpep.wordpress.com

    ReplyDelete
  2. Terima kasih. Tulisan ini bertanya tentang pertanyaan itu.
    Masyarakat puisi perlu mendapat penjelasan soal ini.

    ReplyDelete
  3. mas, saya sedang belajar menulis puisi. saya berharap puisi-puisi saya dikomentari. saya perlu tahu kekuatan dan terutama celah-celah kelemahan puisi saya. saya berharap mas bersedia menjadi mentor saya. kita bisa berkorespondensi via email? bisa saya dikirimi email via japri?

    salam,
    masmpep.wordpress.com

    ReplyDelete
  4. terima kasih, kawan. siapa saya harus memanggil dikau. saya di budiphutasuhut@yahoo.com. silahkah!

    ReplyDelete

Terima kasih atas pesan Anda