Dilarang Memusuhi Musuh

by - July 28, 2008

INGATAN paling lekat setelah membaca sebuah novel yang saya lupa judulnya juga penulisnya adalah "penilaian paling benar selalu datang dari musuh Anda". Inilah hal paling logis yang selalu diterima dengan emosional, karena di dalam memori kita sudah tertanam bahwa seorang musuh adalah orang yang harus dicurigai. Itu sebabnya kita selalu dihantui musuh kita, meskipun musuh kita tidak pernah berpikir soal bagaimana caranya menghantui kita terus-menerus.

Tapi, soal ini bisa diatasi setelah saya mengingat esensi sebuah cerita detektif--saya juga lupa judul novel dan penulisnya--yang menyarankan bahwa "tempat paling aman adalah sarang musuh".

Kedua logika berpikir itu sejalan. Musuh, apapun bentuknya, tidak boleh dimusuhi. Ada baiknya, musuh ditemani, sehingga dia tidak punya peluang untuk berpikir menghancurkan musuhnya. Kalaupun ada pikiran itu, setidaknya, kita sebagai musuhnya sudah punya antisipasi.
Apakah hal itu berarti bahwa kita harus menjadi pengkhianat? Apakah kita harus menjadi spionase?
Tentu saja tidak. Yang paling pas untuk menyebutkan situasi kita adalah meningkatkan kewaspadaan. Tawaran itu merangkum di dalamnya, bahwa kita senantiasa perlu introspeksi diri. Setiap hal yang kita lakukan, harus dipikirkan baik dan buruknya. Jangan lupa soal dampak yang disengaja maupun tidak. Sebab, sebagai mahluk sosial dan bagian dari sebuah sistem sosial, kita tidak bisa mengabaikan adanya gesekan dengan elemen sosial lainnya. Kita harus selalu berpikir bahwa apa yang kita anggap benar belum tentu demikian halnya bagi orang lain. Hal itu menandakan, selalu akan ada gesekan dalam kehidupan sosial kita dengan elemen-elemen sosial lainnya, sehingga dibutuhkan perhatian yang serius atas setiap implikasi dari keputusan yang kita buat.


Dengan begitu, setidaknya, kita bisa menghindari untuk dimusuhi orang lain.

Tentu saja persoalannya tak segampang itu. Sebab, kita berhadapan dengan manusia yang beragam, mulai dari watak sosial hingga watak kulturalnya. Setiap perbedaan yang ada di lingkungan masyarakat kita bisa menjadi berkah sekaligus mudarat. Kita harus siap menghadapi dua kemungkinan itu.
Lantas, apa yang harus kita lakukan, jika ternyata musuh kita lebih banyak daripada teman kita?
Kita tak mengharapkan hal itu. Tetapi selalu ada friksi dalam kehidupan sosial yang tidak bisa dihindari. Artinya, kita sudah berupaya agar tetap disukai orang lain, tetapi ada saja orang lain yang selalu berusaha untuk tidak menyukai kita. Hal seperti itu bisa saja muncul akibat kecemburuan sosial, perasaan tersaingi, merasa tidak nyaman terhadap keberadaan orang lain, dan banyak faktor negatif lainnya yang tidak kita sadari telah tumbuh membesar di lingkungan kita.

Di lingkungan pekerjaan misalnya. Hampir setiap institusi bisnis diwarnai friksi-friksi antara karyawan. Selalu saja ada kelompok "yang senang" dan "tidak senang". Setiap kelompok selalu ingin menonjol. Akan berbahaya bagi kelangsungan manajemen institusi bisnis itu jika leader-nya cuma butuh pujian, dan tidak mencoba melihat persoalan intrinsik perusahaan dari sudut pandang yang holistik: masa depan yang lebih bagus. Dalam kondisi seperti ini, setiap sumber daya manusia akan dihantui ketakutan menjadi "korban" atas kondisi yang tak produktif, sehingga kreativitasnya tidak berkembang. Pada akhirnya, mereka akan diseret memasuki dua cabang jalan: ikut larut dalam kondisi tidak produktif atau menjadi sempalan. Sebab, tak akan ada yang berani memilih jalan keluar dari persoalan, karena telah kadung terjebak di dalamnya.


Persoalan serupa itu muncul karena tidak seorang pun berpikir bahwa seperti dalam kehidupan manusia, tidak semua cita-cita bisa diwujudkan. Tapi, yang paling esensial adalah dilarang memusuhi musuh, bahkan kalau bisa jangan pernah memusuhi siapa pun. Di bulan puasa ini, ada baiknya membiarkan segala sesuatunnya mengalir seperti sebatang sungai yang selalu akan mengikuti urat-urat bumi dari tahun ke tahun. Dan, sepanjang daerah aliran sungai itu, senantiasa menghijau tetumbuhan dan hewan-hewan berkembang biak. Itulah kehidupan yang paling layak.

You May Also Like

2 #type=(blogger)

  1. Lebih bijak memusuhi diri sendiri...

    Salam dari Seoul,
    www.binhadnurrohmat.com

    ReplyDelete
  2. jadi teringat arsitektur hujan-nya Afrizal Malna. Apa kabar?

    ReplyDelete

Terima kasih atas pesan Anda