PERNIKAHAN

by - November 15, 2012

PERNIKAHAN 1

Setelah perjalanan terpanjang,
terlunta-lunta pula,
sampailah aku di sini,
tapi entah di mana ini.
sebuah ruang dengan jeruji kokoh
bernama kesunyian
dan dinding-dinding batu
kehampaan
rasa haus meretakkan
kerongkonganku.

Kejantananku tak tegak di sini
menggelambir lesuh
di selangkangan waktu
sejuta topan berhimpun menghantamku
sementara kau tertawa di atas tubuhku
yang lesuh
dengan kata-kata yang menjelma pecut
dan berulang-ulang
meninggalkan luka
yang terus menganga.

Di ruangan ini, tak aku temukan jejak
dari mana aku datang
tak kutemukan pintu
lewat mana aku pergi
serupa dalam botol kaca
sendirian
suaramu meledak senantiasa
seperti sedang mengokang senapan
tapi, entahlah, mungkin larasnya
telah kau arahkan ke keningku

Setelah perjalanan terpanjang
terlunta-lunta pula
makin sia-sia ketika kucium
dengus nafasmu yang amis.

Sumbawa, ix-2011
PERNIKAHAN 2

Sampai juga aku di sini
di daerah lain
dengan tanah, rumput, air
dan angin yang lain
bersama seseorang yang lain
tapi kau terus menguntitku
dengan senapan di tangan
dengan peluruh yang siap melobangi jiwaku
dengan tenang kau ledakkan matahari
yang baru kunyalakan
suara tawamu pecah
bersama raibnya kerjab terakhir cahaya
tapi aku tak pernah mencoba berlari
tubuhku terlalu letih
dengan sendi-sendi bercopotan
seperti harapan
beterbangan meninggalkan bulu
dan kotorannya.

Sumbawa, ix-2011



PERNIKAHAN 3

Mimpi yang dulu, yang selalu membuatku terbangun malam hari
dengan tubuh berkeringat dan ketakutan, sudah tak mengganggu
kini aku hidup bahagia tanpa hantu yang menjelma menjadi istriku
perempuan yang gemar meradang itu sudah aku tinggalkan
dan kulupakan bagaimana ia memohon agar aku tetap tinggal.

Aku menatap matahari, melangkah keluar dari pintu dan tak menoleh
tak kupedulikan ancamannya yang akan menembakku dari belakang
tak kuhiraukan suara senapan yang dikokangnya
aku tahu ia tak punya keberanian untuk menekan pelatuk
membiarkan peluruh menembus kulitku atau melihatku terjatuh
dan bersimbah darah.

Ia hanya mengancam seperti ribuan kali dilakukannya selama ini
sering ia mengambil pisau dan mengaku akan menusuk jantungku
beberapa kali ia sempat meracuni nafasku
sering ia berhasil menanam ketakutan dalam tubuhku
aku memergoki bibirnya tersenyum penuh kemenangan jika aku batal
mewujudkan ancaman untuk meninggalkannya selamanya.

Aku selalu dihantui mimpi buruk hingga tubuhku kering kerontang
pikiranku kalut dan tak bisa berbuat apapun karena rasa takut
menyusun dirinya dalam diriku hingga aku kehilangan diri sendiri
saat seperti itu istriku yang pengeluh menjelma hantu
dengan parang di tangan untuk menebas semua tangkai kebahagiaan
yang tumbuh subur di dalam hatiku.

Mimpi yang dulu, kini tak lagi menggangguku saat kusemai bahagia
di hamparan kebun dalam hatiku. tak ada seseorang yang membawa parang.

Sumbawa, ix-2011

You May Also Like

0 #type=(blogger)

Terima kasih atas pesan Anda