Bandara Udara dan Perekonomian Lampung
Tahun 2001 lalu, saya tiba di Bandara Udara Salaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Untuk sampai di Salaparang, saya harus naik pesawat kecil dari Bandara Udara Ngurah Rai. Di dalam pesawat milik Maskapai Merpati itu, saya dicekam ketakutan kalau-kalau terjadi musibah. Untungnya, perjalanan lancar dan saya bisa sampai Salaparang.
Oleh Budi P. Hatees
Sebelum sampai Bandara Udara Salaparang, saya bertolak dari Bandara Udara Radin Intan II ke Bandara Udara Soekarno-Hatta. Dari Bandara Udara Soekarno-Hatta bergerak ke Bandara Udara Ngurah Rai. Ketika tiba di Salaparang, saya langsung membandingkan kondisi bandar udara itu dengan bandara udara-bandara udara lain yang baru saya singgahi. Kondisi Bandar Udara Radin Intan, harus saya akui, jauh lebih bagus dibanding Bandar Udara Salaparang.
Tapi, kondisi di tahun 2001 itu tidak bisa dibandingkan dengan kondisi Bandar Udara Salapang belakangan ini. Pertumbuhannya sangat cepat, dan kini Bandara Udara Radin Intan II jauh tertinggal. Sebab, Bandara Udara Salaparan mulai tahun ini akan menjadi bandara udara internasional yang melayani pemberangkatan haji. Sementara Bandar Udara Radin Intan II, masih berkutat pada persoalan klasik.
Bandara Internasional
Perbandingan antara Bandara Udara Radin Intan II dengan Bandara Udara Salaparang hanya ingin menunjukkan betapa seriusnya Pemda Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam meningkatkan kualitas Bandara Udara Salaparang. Dalam waktu yang relatif lama, bandara udara itu akhirnya tumbuh menjadi bandara internasional. Pertumbuhannya melampaui pertumbuhan sejumlah bandara udara yang ada di Indonesia, termasuk Bandara Udara Radin Intan II.
Kalau saja Pemda Provinsi Lampung memikirkan peningkatan kelas Bandara Udara Radin Intan II sejak lama, sudah barang tentu pertumbuhannya akan melampaui pertumbuhan Bandara Udara Salaparang. Namun, Pemda Provinsi Lampung baru mulai tergerak untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas Bandara Udara Radin Intan II beberapa tahun terakhir. Meskipun terkesan terlambat, kita bisa mengatakan tidak ada kata terlambat untuk suatu kemajuan.
Sebab itu, terhadap rencana Pemda Provinsi Lampung untuk meningkatkan kualitas Bandara Radin Intan II menjadi banadara internasional yang bisa melayani pemberangkatan jamaah haji, misalnya, kita harus memberi aplaus. Rencana itu sudah seharusnya direalisasikan mengingat dampaknya tidak saja akan meringankan upaya para jemaah haji Lampung untuk menjalankan ibadah haji ke Mekkah, tetapi akan berdampak serius terhadap perkembangan perekonomian di provinsi ini.
Hal in terjadi karena Bandara Udara Radin Intan II akan membuat Provinsi Lampung menjadi sebuah daerah yang sangat terbuka, sehingga tidak menyulitkan bagi siapa saja untuk datang sebagaimana dialami banyak kalangan selama ini. Peningkatan kualitas Bandara Udara Radin Intan II menjadi bandara internasional berdampak serius terhadap perubahan posisi Provisni Lampung dalam pergaulan perekonomian nasional maupun internasional. Ragam potensi yang ada dan selama ini tersembunyi karena kurang dilirik para investor, dengan segera akan mendapat tanggapan dari para pengusaha yang ingin berinvestasi di provinsi ini.
Belum lagi bila kita melihat dari aspek ekonomi produksi, yang sangat pasti bakal ikut terkerek pertumbuhannya. Sebab, para produsen yang ada di Lampung, terutama usaha kecil menengah dan koperasi, dapat menjalin kerja sama bisnis dengan kolega atau rekan ekportir di negara-negara tujuan ekspor.
Akhir tahun 2010 Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan mengesahkan masterplan peningkatan kelas Bandara Radin Inten II menjadi bandara internasional (Radar Lampung, 27 Agustus 2010). Meskipun terlambat, masyarakat mesti menyikapi rencana peningkatan kualitas bandara ini. Tentu, tidak sekedar merayakannya tetapi mulailah memikirkan ragam dampak yang akan didapat terutama berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah. Artinya, mulai dari sekarang masyarakat mesti mempersiapkan diri menjadi warga yang baik bagi setiap pendatang yang akan masuk ke Provinsi Lampung.
Agenda Tahun 2011
Meskipun peningkatan kualitas Bandara udara Radin Intan II merupakan agenda tahun 2011, tetap perlu diingat bandara merupakan sarana vital di era globalisasi saat ini. Kita tidak bisa menutup mata bahwa segala bentuk dinamika pembangunan di suatu daerah banyak dipengaruhi perkembangan transportasi dan telekomunikasi.
Transportasi udara sudah merupakan bagian dari kehidupan untuk beraktivitas baik untuk para pebisnis maupun wisatawan yang ingin bepergian. Sebab itu, keberadaan bandara udara yang representative mutlak perlu karena semua pesawat memerlukan bandara untuk mendarat maupun tinggal landas. Oleh karena itu, bandara udara memiliki peranan yang sangat vital karena memiliki multiplier effects yang cukup luas secara ekonomi bagi suatu wilayah (daerah).
Coba kita bayangkan, satu pesawat yang mendarat di suatu daerah dan pesawat tersebut menginap satu malam saja, efek ekonomi yang terjadi sudah begitu banyak, mulai dari karyawan yang membersihkan pesawat, pengisian bahan bakar, tempat penginapan (hotel) untuk awak pesawat maupun penumpang, perlunya transportasi darat untuk awak pesawat maupun penumpang, dan lainnya.
Provinsi Lampung memiliki keuntungan karena lokasinya yang strategis sebagai pintu gerbang Pulau Sumatra. Karena itu, bandara udara ini terkoneksi dengan mudah ke Jakarta dan wilayah-wilayah lain di Nusantara. Sebab itu, sambil menunggu peningkatan kualitas bandara, ada baiknya Pemda Provinsi Lampung juga melakukan beberapa pendekatan.
Pertama, lebih aktif mendekati perusahaan penerbangan asing untuk mau melakukan penerbangan langsung ke Lampung. Hal ini tentunya dapat dilakukan jika ada incentive yang cukup menarik untuk membuka penerbangan langsung. Misalnya dengan memberikan diskon parkir pesawat yang besar atau kecilnya disesuaikan dengan jumlah penerbangan langsung yang dilakukan.
Kedua, bekerja sama dengan perusahaan konsultan bidang pembukaan rute penerbangan baru. Dengan melakukan kerja sama ini berarti kita mendapatkan prioritas untuk "diterbangi" meskipun mereka tetap harus melakukan studi kelayakan.
Ketiga, melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat khususnya yang menyangkut fasilitas penunjang yang diinginkan perusahaan penerbangan. Misalnya, ada baiknya Bandara Udara Radin Inten II juga melayani penerbangan regular ke luar negeri (bukan cuma urusan haji), tetapi juga dalam hal urusan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan orang bisnis.
Dengan begitu, bandara udara akan berkembang sebagaimana diharapkan semua pihak untuk mendukung pertumbuhan perekonomian Lampung sekaligus berarti peningkatan kesejahteraan masyarakat.
0 #type=(blogger)
Terima kasih atas pesan Anda