Pemandu Sorak Politik

by - March 04, 2010

Saya sangat menghargai proses politik di DPR RI yang memutuskan proses bail out Bank Century sebagai tindakan salah, dan karena proses politik itu berlangsung sangat riuh yang mengingatkan saya pada sebuah pasar tradisional, saya sedikit terhibur dan terpuaskan.

Saya mengambil satu kesimpulan betapa piawainya para politisi di negeri ini dalam pekerjaan voting-votingan (tolong jangan dibaca puting). Saya mencoba berpikir keras, kenapa mereka begitu bersemangat urusan voting-votingan itu. Saya pun menjadi paham, karena voting adalah pilihan akhir ketika berbagai strategi politik menemui jalan buntu.

Saya sebut pilihan akhir, karena untuk melakukan voting hanya dibutuhkan kehadiran kelompok paduan suara, semacam pemandu sorak. Mereka mesti menyamakan vokal, tinggal menyesuaikan nada dasar masing-masing anggota pemandu soraknya. Tapi, dalam memadukan ini tidak dibutuhkan pengetahuan tentang alat musik, apalagi tentang musikologi. Hanya butuh kehadiran seorang pemandu, semacam konduktor.

Orang seperti ini tidak perlu disiapkan, apalagi mempersiapkan diri. Ketika kebutuhan akan seorang konduktor muncul, orang itu akan muncul dengan segera. Ia muncul bukan dari lingkungan kelompok pemandu sorak, tetapi dari lingkungan sekelompok kecil di luar kelompok besar pemandu sorak. Tanpa pikir panjang, ia akan langsung memainkan tongkatnya. Maka..huuuuuuuur...!! Hup hup horeeeee.....

Ada dua konduktor ketika Pansus DPR RI mengambil voting, paling dominan dan mungkin bintang dalam acara pemandu sorak itu. Saya suka sekali pada keduanya.

Proses politik di negeri ini memang menarik. Perkembangannya tidak pernah diduga-duga. Terlalu banyak spekulasi. Terlalu banyak ahli.

Saya suka dengan keberadaan para ahli. Mereka cerdas dan intelek. Tapi, banyak dari mereka yang sesungguhnya ahli yang tidak pada bidangnya. Keahlian mereka yang paling menonjol justru

JAKARTA, KOMPAS.com — Hal menarik terungkap ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato terkait kemelut Bank Century, Kamis (4/3/2010) di Istana Merdeka, Jakarta. Dikatakan Presiden, ia membenarkan keputusan bail out sebagai kebijakan tepat saat itu meski saat pengambilan keputusan penanganan Bank Century dirinya mengaku tidak dimintai keputusan dan arahan.

"Saya juga tidak memberikan instruksi atas pengambilan kebijakan tentang ihwal itu, antara lain karena pengambilan keputusan KSSK berdasarkan Perppu Nomor 4 Tahun 2008 memang tidak memerlukan keterlibatan Presiden," ujar SBY.

Seperti diberitakan, saat itu Presiden tengah menjalankan tugas kenegaraan di luar negeri, yaitu menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Amerika Serikat, serta APEC Summit di Peru. Meskipun demikian, lanjut Presiden, dirinya dapat memahami mengapa keputusan penyelamatan itu perlu dilakukan. Presiden pun mengaku membenarkan kebijakan penyelamatan Bank Century tersebut dengan alasan saat itu situasi Indonesia tengah terancam pengaruh krisis global.

"Dengan keyakinan yang kuat bahwa krisis benar-benar terjadi, saya percaya bahwa siapa pun yang berkewajiban mengambil keputusan pada saat itu pasti akan melakukan hal yang sama. Siapa saja berkewajiban untuk memadamkan sekecil apa pun api yang dapat jadi pemicu kebakaran yang akan melumpuhkan dunia perbankan," kata Presiden.

Ditambahkannya, sekarang ini dunia perbankan bukanlah hanya milik para bankir. Sebaliknya, dunia perbankan berkaitan erat dengan kehidupan sosial ekonomi rakyat, seperti pedagang kecil, petani, pegawai, bahkan pensiunan, penatalaksana rumah tangga, dan mahasiswa.

You May Also Like

0 #type=(blogger)

Terima kasih atas pesan Anda