Aku menandai kehadiranmu di bangsal rumah sakit ini
sebagai botol infus, ranjang berseprai putih,
dan aroma obat-obatan yang tertahan di rongga hidungku
sebagai kesunyian.
Aku menandai kehadiranmu sebagai suster
yang datang membawa mangkuk kecil berisi pil
dan suntik pada nampan yang ujung runcingnya berkilatan
mengincar pantatku. sekali-sekali suster itu bercerita
tentang sayap-sayap yang tumbuh di punggung
orang-orang yang pernah dirawatnya. dengan sayap itu
mereka terbang seperti burung dan tak pernah
kembali ke rumah sakit.
Telah bertahun-tahun aku menunggu sayap-sayap tumbuh
di punggungku. setiap kali detak nadiku seperti irama jantung
yang kepayahan memompakan darah ke seluruh urat-urat
nadi, aku menandai kehadiranmu di mana-mana.
Jakarta, x-2011
sebagai botol infus, ranjang berseprai putih,
dan aroma obat-obatan yang tertahan di rongga hidungku
sebagai kesunyian.
Aku menandai kehadiranmu sebagai suster
yang datang membawa mangkuk kecil berisi pil
dan suntik pada nampan yang ujung runcingnya berkilatan
mengincar pantatku. sekali-sekali suster itu bercerita
tentang sayap-sayap yang tumbuh di punggung
orang-orang yang pernah dirawatnya. dengan sayap itu
mereka terbang seperti burung dan tak pernah
kembali ke rumah sakit.
Telah bertahun-tahun aku menunggu sayap-sayap tumbuh
di punggungku. setiap kali detak nadiku seperti irama jantung
yang kepayahan memompakan darah ke seluruh urat-urat
nadi, aku menandai kehadiranmu di mana-mana.
Jakarta, x-2011
0 #type=(blogger)
Terima kasih atas pesan Anda