Di Tapsel, Malpraktek Dokter Hal yang Biasa

by - June 04, 2011


Laki-laki itu berprofesi sebagai dokter. Ia tinggal di Kota Padangsidempuan, bekerja di RSU Padangsidempuan. Tapi, ia lebih banyak di tempat praktiknya, dan tak terlalu perduli pada pasien yang datang ke rumah sakit.



Profesi dokter erat kaitannya dengan nilai kemanusiaan. Ketika seseorang memilih menjadi dokter, mestinya pilihan itu berarti siap untuk mengorbankan diri untuk kesembuhan pasien. Dalam situasi apapun. Dalam kondisi apapun.

Sayang, sebagian besar dokter tak seperti itu. Ketika profesi dokter itu disandang, ia malah berpikir hal itu bukan sebuah beban. Ia berpikir hal itu sebuah kesuksesan. Dan, ia mengukur kesuksesannya berdasarkan jumlah materi yang mampu ia kumpulkan.

Di Kabupaten Tapanuli Selatan, menjadi seorang dokter sama artinya menjadi seseorang yang sangat dibutuhkan orang lain. Tapi, karena dibutuhkan, seorang dokter boleh seenak hatinya. Ia bisa menolak pasien. Memberi pernyataan keliru tentang kondisi pasien, dan meresepkan penggunaan obat-obatan dengan merek tertentu.

Kejahatan seorang dokter adalah kejahatan manusia. Setiap pasien diharuskannya memakan obat yang diresepnya, yang sebagian besar justru multivitamil. Ketika obat resep itu tidak membawa pengaruh pada penyakit pasien, ia kemudian merekomendasikan penangan jenis lain seperti operasi. Setelah itu, kembali diresepkan obat-obatan yang pada dasarnya hanya multivitamin.

Dokter-dokter di Kabupaten Tapanuli Selatan terlahir sebagai bajingan. Mereka menjadikan rasa sakit manusia lainnya sebagai sumber uang. Otak mereka kisut. Hati mereka keras. Jiwa mereka rapuh. Kemanusiaan mereka berubah jadi kesetanan. Kepala mereka bertandung. Di mulut mereka tumbuh taring.

Dokter, mereka setan yang menyaru jadi manusia.

You May Also Like

0 #type=(blogger)

Terima kasih atas pesan Anda