PERCERAIAN
Yang menghancurkan
Bukan perceraian
Tapi Sepasang mata kecil
Yang menatap dari balik pintu
Mata itu seperti sebuah telaga
Yang airnya tercurah
Bergulir. Bergulir. Bergulir
Si laki-laki tak tahu lagi
Apa yang terjadi setelah itu
Ia pergi. Melangkah.
Pintu yang terbuka itu
Satu-satunya jalan
Yang akan membebaskannya
Dari semua ikatan
yang mengekang. Ia lihat langit
luas dan biru. Ia lihat jalan
Panjang dan lengang
Ia selalu punya tujuan
Melangkah dan tak menoleh
Ia tahu si perempuan membara
dengan segala tuduhannya
Terbakar. Menyala.
Terbakar lagi.
Dan ia akan meledak. Blaar!
Tubuhnya menjadi kepingan
rasa kecewa demi rasa kecewa
Tapi si laki-laki telah pergi
Mencegat sebuah taxi
Melesat ke pusat kota
Memesan segelas kopi di sebuah kedai
Berbincang dengan seseorang
Seakan-akan tidak ada yang terjadi
Tak ada yang bercerai
Ia tidak menyesalkannya
Ia tak menyesalkannya
ANAKKU PEREMPUAN
Anakku perempuan.
Seperti ibunya. Membenciku
Aku mungkin bukan ayahnya
Mungkin bukan siapa siapa baginya
Biarlah
Perempuan selalu berhasil menyimpan kemarahan
Meskipun tak ada alasan untuk marah
Mereka seperti gunung berapi
Piawai menyimpan magma
Di perutnya
untuk diledakkan