Berapa Persen Anda Manfaatkan Kemampuan Menulis Anda
Jika Anda dilahirkan dengan karunia bisa menulis, mulailah Anda tanya berapa persen dari kemampuan menulis itu telah Anda pergunakan? Inilah yang selalu saya ungkapkan kepada kawan-kawan wartawan, mereka yang hidup darin menulis, tetapi hanya memanfaatkan sekitar 30% dari kemampuannya.
Kenapa 30%? Tiap hari ia habiskan waktu mencari berita, ia kemudian menulis bahan berita itu hanya dalam waktu beberapa menit (taruhlah sejam). Waktu yang dipakainya lebih banyak untuk mencari bahan berita, baik terjun langsung atau wawancara narasumber, reportase, pengamatan lapangan, maupun membaca literatur.
Kelebihannya dalam menulis hanya dipakai 30%, sering malah kurang dari 30%. Sebab, setelah menulis, ia akan buru-buru pulang. Ini terutama untuk para reporter. Mereka tidak akan bereksperimen untuk menciptakan teknik-teknik penulisan baru. Alasannya sudah capai. Mereka akan menghabiskan sisa waktunya dengan "mencari hiburan".
Lebih malang nasib para redaktur. Mereka, karena sudah redaktur, levelnya bukan lagi menulis berita. Level redaktur adalah mengedit berita. Padahal, soal level itu hanya subyektivitas mereka. Karena, seorang wartawan tetaplah pencari berita. Redaktur hanya posisi jabatan, yang bisa saja hilang.
Saya mengagumi wartawan-wartawan senior di dunia kriminal, yang menolak bekerja sebagai redaktur karena lebih tertantang di lapangan.
Para redaktur itu hampir tak memanfaatkan kemampuan menulisnya. Setiap hari mereka bekerja mengedit berita. Sering juga editannya buruk, karena tidak merasa perlu meng-upgrade kemampuannya. Seorang redaktur merasa dirinya sudah berada di pouncak karier, makanya tak perlu memperbaiki kualitas dan kuantitas diri.
Sekarang tanya diri Anda, berapa persen Anda memanfaatkan kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepada Anda? Mulailah berpikir untuk memanfatkannya, minimal, 50% dari kemampuan Anda.
Dengan begitu, Anda termasuk orang yang bersyukur.
0 #type=(blogger)
Terima kasih atas pesan Anda