Jurnalisme Munafik, Aliran Baru Jurnalistik (2)

by - November 01, 2009

Kembali kepada mereka, empat aktor Lampung Post. Setelah Djadjat Sudradjat bertanya ini dan itu sekaitan opini saya, ia menyuruh Sabam Sinaga, M. Nasir, dan Iskandar Zulkarnain berbicara. Intinya, semua orang menuduh saya telah isi perut Lampung Post kepada publik lewat opini yang diterbitkan Lampung Post.

Opini itu sebetulnya tak jadi terbit. Tapi, sebelum saya jelaskan kenapa tak jadi terbit, saya jelaskan proses awalnya.

Hasil analisis isi atas terbitan Lampung Post setiap hari merupakan bagian dari jobdiscription tugas-tugas Kepala Litbang Lampung Post. Dalam SK tugas yang saya terima, ditandatangani Ade Alawi, disebutkan: "wajib membandingkan Lampung Post dengan produk pesaing....."

Hasil analisis saya atas Lampung Post, saya bandingkan dengan Radar Lampung (Grup Jawa Pos). Perbandingan itu saya buat kesimpulan, kemudian saya kirim ke tempat kerja setiap redaktur di Lampung Post. Menariknya, Redaktur Opini Lampung Post, Sudarmono, tanpa sepengetahuan saya menyiapkan hasil analisis itu menjadi opini untuk diterbitkan di Lampung Post. Namun, sebelum opini itu dicetak, ditarik kembali. Kemudian saya dipanggil untuk menanyakan soal opini itu.

Opini itu tidak pernah terbit. Saya diminta bertanggung jawab atas hal itu. Padahal, semua isi opini itu ada dalam Salam Kreatif yang saya buat setiap hari, dan saya bacakan dalam rapat redaksi di hadapan semua insan pers di Lampung Post. "Kalau ada yang tak setuju hasil analisis ini, saya terbuka terhadap segala bentuk bantahan. Cuma, usahakan membantah secara ilmiah dan tidak subyektif," begitu saya tulis dalam Salam Kreatif. Dan, aneh, meskipun isinya menunjukkan semua kinerja insan redaksi Lampung Post menjadi sangat buruk dan sangat lemah, tak seorang pun yang membantah isi Salam Kreatif itu.

Kontradiksi sekali dengan opini yang dipersoalkan itu. Mungkin gerah juga, opini itu jadi alasan mereka untuk melontarkan ketersinggungan selama ini atas isi Salam Kreatif. Padahal, soal apa isi halaman opini di Lampung Post merupakan tugas dan tangung jawab Redaktur Opini, bukan saya selaku Kepala Litbang Lampung Post. Tugas saya hanya memberi content atas isi Lampung Post setiap hari. Saya tidak bisa intervensi atas berita apa yang harus diterbitkan dan berita apa yang tidak boleh diterbitkan.

Seandainya pun saya punya hak untuk intervensi, saya tak akan pernah mempergunakan hak itu. Itu berarti saya melakukan apa yang saya tak senangi selama ini.

Saya melihat ada sebuah kebetulan bagi empat orang itu untuk menekan saya. Tapi, karena saya tidak terbiasa ditekan, saya merasa sebuah kebetulan pula ada alasan untuk keluar dari Lampung Post. Dan, besok harinya saya putuskan keluar dari Lampung Post.

bersambung


Jurnalisme Munafik....(1)

You May Also Like

0 #type=(blogger)

Terima kasih atas pesan Anda