Krishna Murti dan Hal-Hal yang Tak Bisa Ditebak

by - December 17, 2016

KETIKA dia datang ke Lampung, dia membuat sejarah. Dia menjadi satu-satunya Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Lampung yang disambut dengan tari-tarian begitu turun dari Bandara Radin Intan II. Kesannya berlebihan, apalagi dia hanya menjalankan perintah untuk memenuhi tugas negara sesuai sumpah Tribrata.
Tapi, mungkin, jajaran Polda Lampung yang dipimpin Kapolda Ike Edwin telanjur punya ekspektasi tinggi terhadap Krishna Murti. Soalnya, sosok alumni Akpol 1991 ini seorang penerima Adimakayasa. Dia anggota Korps Bhayangkara yang diteladani. Figur pemimpin modern yang baur dengan anak buah. Dia juga seorang intelektual yang mengupas habis Blue Ocean.
Seorang anak TK selalu ingin jadi polisi seperti Bapak Krishna Murti. Jika dulu orang bicara polisi pasti menyebut Hoegeng, saat ini orang bicara polisi pasti menyinggung Krishna Murti. Tiap jaman di tiap tempat, pasti melahirkan figur-figur yang baru. Figur-figur yang selalu jadi sorotan publik.
Jika dulu Hoegeng jadi figur publik karena punya nilai dan karakter kuat untuk melawan korupsi, maka Krishna Murti jadi figur publik pada jaman ini karena dia mampu mendekatkan polisi dengan publik. Di jaman Krishna Murti, polisi tidak lagi menyeramkan. Polisi adalah sahabat publik.
Krishna Murti juga termasuk figur yang jadi sorotan publik. Apa pun yang dia lakukan, dan di mana pun dia berada. Dia sendiri adalah polisi di jaman modern, pada era ketika segala sesuatu yang kita lakukan bisa diekspose kepada publik. Dia ingin publik tahu bahwa polisi juga manusia. Sebagai manusia, polisi juga butuh manusia lain. Polisi butuh popularitas.
Dia berhasil. Tapi, seperti lakon di dunia publik, selalu ada masa berakhirnya. Dia tiba-tiba diterpa isu soal pemukulan. Kita tak tahu persis kebenarannya. Mabes Polri sedang mengusut soal itu. Dia sedang diperiksa kesatuan. Hasilnya pun belum ketahuan.
Tapi, tiba-tiba, dia dimutasi ke Mabes Polri. Hanya beberapa bulan sebagai Wakapolda Lampung, dia ditarik lagi ke Mabes Polri. Orang pun berspekulasi, banyak menduga-duga. Dan, wajar, tokoh publik jadi bahan spekulasi. Artis saja banyak jadi gosip. Tokoh publik yang kadang lebih kondang dari artis, tentu saja tidak cuma dihantam gosip, tapi juga dihajar fitnah.Kita tak perlu ikut jadi bagian massa yang suka berkerumun, menebak-nebak ada apa. Kita tak perlu menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan kenapa? Kita juga tidak perlu mengait-kaitkan dengan kasus kopi beracun Jessica yang mulai masuk tahap “tak ada racun dalam kopi”.
Segala sesuatu urusan Mabes Polri. Jangan sampai kita meributkan hal-hal yang sesungguhnya kita tidak tahu.
Siapa tahu, setelah ini, dia kemudian menghilang seperti ketika dia tiba-tiba tidak terdengar selepas jadi kapolres. lalu, tiba-tiba santer kabar dia sudah jadi Dirreskrimum Polda Metro Jakartaraya. Siapa tahu besok, tiba-tiba Krishna Murti. kembali ke PBB sebagai bagian dari pasukan perdamaian seperti sebelumnya. Lalu, tiba-tiba dia sudah ada dalam daftar orang-orang Indonesia yang sukses mengatasi masalah HAM di luar negeri.
Siapa tahu, tiba-tiba dia balik lagi ke Indonesia dan sudah menjadi bagian terpenting dari satu pasukan khusus di lingkungan Polri. Siapa tahu pula, mendadak dia muncul lagi ke hadapan publik sebagai jenderal yang penuh kejutan.

Posted on duajurai.co September 25, 2016 by  

You May Also Like

0 #type=(blogger)

Terima kasih atas pesan Anda